enjoy this blog

Kamis, 16 Februari 2012

Pilih-Pilih Jenis Kelamin Anak


Ingin laki-laki atau perempuan? Konon, sekarang ingin anak lelaki atau perempuan bisa diupayakan. Simak saja beberapa cara yang bisa dilakukan.
Banyak pasangan menginginkan buah hati-nya lahir dengan jenis kelamin tertentu. Apalagi bila suatu pasangan sudah diberi momongan sebelumnya, berharap kelahiran jenis kelamin anak keduanya dapat sesuai dengan keinginannya. Alasannya klasik, agar lengkap.
Sayangnya, prosedur bayi tabung yang memungkinkan untuk itu tak bisa dilakukan dalam upaya mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu. Selain mahal, etika kedokteran memang tak mengijinkan melakukan bayi tabung di luar alasan membantu upaya memiliki anak.
Namun, tak perlu berkecil hati. Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan. Mulai dari sistem kalender sampai memanfaatkan cuka atau soda kue sebagai pembasuh vagina, dapat dilakukan untuk mengupayakannya.
Cuka dan Soda Kue
Mengupayakan memiliki momongan laki-laki ataupun perempuan konon bisa dengan menggunakan cuka atau soda kue sebagai pembasuh vagina. Menurut Ryan, hal ini dapat saja dilakukan karena sperma XY (pembawa gen laki-laki) dan XX (pembawa gen perempuan) memiliki reaksi tertentu terhadap keasaman dan suasana basa dalam vagina.
Secara ilmiah, sperma XX memang memiliki sifat yang lebih tahan terhadap keasaman dibanding sperma XY. Oleh karena itu, jika vagina dalam suasana asam, sperma XY bisa terseleksi lebih dulu sebelum mencapai sel telur dalam rahim.
Nah, untuk mendapatkan suasana asam pada vagina, dapat dengan cara membasuhkan campuran air dengan sedikit cuka pada vagina sebelum melakukan hubungan intim dengan pasangan. Dengan demikian akan memperbesar peluang dapatkan anak perempuan.
Sedangkan untuk mengupayakan jenis kelamin anak laki-laki, bisa diupayakan dengan membasuhkan campuran air dan soda kue pada vagina sebelum berhubungan intim. Soda kue bisa menciptakan suasana basa pada vagina. Dengan menggunakan soda kue sebagai pembasuh vagina, sperma XY yang lebih tahan akan basa dapat membuahi sel telur dalam rahim.
Setengah Masuk atau Dalam
Mengupayakan anak perempuan dan laki-laki bisa juga ditentukan dari seberapa dalam masuknya penis ke vagina. Menurut Ryan, hal ini berkaitan dengan karakter sperma XY yang sifatnya seperti “pelari cepat” dan sperma XX yang bersifat seperti “pelari maraton”.
Sperma XY yang berkarakter seperti pelari cepat umumnya memiliki stamina tak sekuat XX, tetapi bergerak lebih cepat untuk mencapai sasaran. Jika saat behubungan intim penis suami masuk lebih dalam, maka dapat memperbesar peluang didapatkan anak laki-laki.
Sedangkan sperma XX yang bergerak lebih lambat, memiliki stamina lebih kuat daripada sperma XY. Sperma XX pun mampu bertahan lebih lama unuk mencapai sel telur dan melakukan pembuahan.
Jika menginginkan anak berjenis kelamin perempuan, masuknya penis setengah dalam dapat memperbesar peluang untuk mendapatkannya. Logikanya, ketika sperma disemprotkan dengan perjalanan yang lebih jauh, makasperma XY (si pelari cepat) akan lebih dulu gugur dan menyisakan sperma XX untuk mencapai sel telur dalam kondisi selamat.
Masa Subur
Memperhatikan masa subur dalam mengupayakan kehamilan juga dapat berpengaruh pada probabilitas jenis kelamin anak. Sel telur matang dapat bertahan selama 12 jam setelah dilepaskan dari ovarium. Atau, hal ini umum disebut sebagai masa ovulasi.
Sedangkan sperma dapat bertahan sampai sekitar 3 hari di dalam tubuh wanita.
Namun sekali lagi, dikaitkan dengan karakter dan ketahanan sperma XY dan XX, tentu tak seluruh sperma mampu bertahan selama kurun waktu itu di dalam rahim. Sperma XY yang memiliki sifat lebih cepat musnah akan tersortir lebih dulu dibanding sperma XX.
Oleh karena itu, berhubungan intim 1-2 hari sebelum masa ovulasi akan memperbesar kemungkinan mendapatkan anak perempuan. Dan berhubungan intim dalam masa 12 jam setelah sel telur matang dilepaskan, akan memperbesar kemungkinan mendapatkan anak laki-laki.
Daging dan Sayur
Mengupayakan jenis kelamin anak juga dapat dikaitkan dengan konsumsi jenis makanan tertentu. Misalnya jika ingin anak perempuan, istri harus lebih banyak makan daging dan suami lebih banyak makan sayuran.
Jika ingin anak laki-laki, sang istri harus lebih banyak makan sayuran sementara suami lebih banyak makan daging. Menurut Ryan, alasam konsumsi makan tertentu ini tak ubahnya dengan membasuh vagina dengan cuka maupun soda kue. Intinya, sama-sama mengupayakan suasana asam ataupun netral pada vagina, sehingga didapat jumlah sperma XX dan XY yang lebih dominan.
Mengkonsumsi lebih banyak sumber nabati seperti sayuran di bandingkan sumber protein hewani, dipercaya dapat mempengaruhi suasana vagina menjadi lebih netral. Sehinggam bila dikombinasi dengan suami yang mengkonsumsi daging dapat meningkatkan produksi sperma, dan memperbesar kemungkinan didapat anak laki-laki.
Sedangkan jika istri mengkonsumsi lebih banyak daging, kemudian akan meningkatkan suasana asam pada vagina. Dikombinasi dengan suami yang lebih banyak mengkonsumsi sayuran – yang dapat membuat produksi sperma tak setinggi bila mengkonsumsi banyak protein hewani – dapat meningkatkan kemungkinan didapatkan anak perempuan.
Sistem Kalender
Selain cara-cara yang dipaparkan sebelumnya, Anthony juga mnegemukakan metode mendapatkan anak laki-laki maupun perempuan berdasarkan bulan-bulan tertentu. Metode ini didapatnya ketika belajar akupunktur di negeri Cina,
Setelah Anthony berhasil mengkonversi penanggalan Cina ke dalam kalender umum digunakan di Indonesia, didapatkan hasil berupa tabel. Cara menggunakannya, usia ibu +1 (ditambah satu) lalu lihat pada kolom bagian usia di atas. Cari jenis kelamin anak yang diinginkan, tarik ke kiri untuk mendapatkan bulan-bulan dilakukan pembuahan.
Misalnya, wanita berusia 20 tahun bisa mengupayakan mendapat bayi laki-laki pada bulan januari (lihat tabel).
Untuk usia ibu, memamngperlu ditambah satu karena tabel masih menggunakan hitungan usia berdasarkan kalender Cina.
Namun menurut Anthony, cara ini hanya efektif dilakukan pada wanita yang memiliki siklus menstruasi normal dan teratur, sera memiliki jeda sekitar 28 hari. Di luar itu, cara ini tak bisa dikatakan efektif, bahkan tidak dijamin keakuratannya.
Di samping itu, Anthony pun menyarankan agar sang suami turut menjaga kualitas spermanya dengan menjaga kesehatan dan menahan hasrat seksual sampai 3 hari menjelang ovulasi. Sehingga akan didapat jumlah sperma yang cukup untuk mengupayakan kehamilan.
Sumber : dr. Anthony R. Widjaja, Sp.B (Tabloid Nova 1082/XXI | 17-23 November 2008 | Hal 40-41)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar